Sabtu, 03 Maret 2012

SEx Party di Villa

SEx party di villa
Hari itu adalah hari Sabtu sebulan setelah peristiwaku di vila bersama Pak Alex dan Deni, selama ini gw belum ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Sabtu itu gw pergi ke sana untuk refreshing seperti biasa karena Minggunya libur dan Seninnya tanggal merah. Kali ini gw tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku yaitu Lissa dan Indri , kami semua adalah teman akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Diah  yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.

Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Lissa dikaruniai tubuh tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka karena Lissa tidak sulit diajak naik ranjang karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Indri  mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang Indri , bodynya pun tidak kalah dari Lissa walaupun buah dada nya lebih kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata Indri  termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya. Sedangkan gw sendiri sepertinya kalian sudah tahulah cewek seperti apa gw ini dari cerita-ceritaku dulu.

Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party atau sex party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Lissa protes karena gw tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Indri  yang ikut mendukung Lissa karena pacarnya juga tidak boleh diajak.

Emangnya lu ngundang siapa aja sih Ci, masa si Silvi aja ga boleh ikutan? kata Indri .

Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih timpal Lissa.

Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh.

Gw ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah gw merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Alex dan Deni.

Kemarinnya gw memang sudah mengabari Pak Alex lewat telepon bahwa gw besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Alex tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Alex seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Lissa yang hari itu pakaiannya seksi berupa sebuah tank top merah berdada rendah dengan rok mini. Dia kusuruh keluar dulu sampai gw memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Deni. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Indri  yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.

Eh.. sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk ajakku pada mereka.

Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya.

Wei.. gila lo Ci, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana? tegur Indri .

Iya Ci, lagian kan kalo si tua Alex itu dateng gimana tuh sambung Lissa.

Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Alex udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti bujukku sambil menarik tangan Lissa.

Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Lissa baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, gw membantu Indri  yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.

Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air gw naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.

Ci, sekalian ambilin kita minum yah pinta Lissa.

Gwpun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.

Ok, it's the showtime gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Gw segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Alex dan Deni segera kesini karena pesta akan segera dimulai.

Iya neng, kita segera ke sana sahut Deni sambil menutup gagang telepon.

Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Gw yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.

Wah udah ga sabaran nih, daritadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng kata Pak Alex.

Pokoknya yang rambutnya dikuncir itu buat saya dulu yah neng ujar Deni merujuk pada Indri .

Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok kataku yang penting sekarang surprise buat mereka dulu.

Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Lissa. Gw berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Indri  sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Lissa masih berendam di air.

Ver, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih pintaku padanya.

Lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana.

Gw masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Alex dan Deni yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Lissa memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.

Kenapa Ci, ada perlu apa emang? tanyanya.

Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka.

Sebelum Lissa sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Lissa yang terkejut tentu saja meronta-ronta, namun pemberontakan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.

Pak Alex dengan gemas meremas buah dada  kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Deni berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Lissa.

Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng komentar Deni sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Lissa, diperlakukan seperti itu Lissa cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Alex begitu kokoh.

Hei, jangan rakus dong Tar, dia kan buat Pak Alex, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana kataku padanya.

Mengingat kembali sasarannya semula, Deni menurunkan kembali kaki Lissa dan bergegas menuju ke kolam.

Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu godaku.

Setelah Deni keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Alex langsung menghempaskan dirinya bersama Lissa ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Indri  dari kolam, gw melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Indri  terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Deni. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Deni, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.

Jangan.. tolong! jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Deni.

Deni dengan santai membawa Indri  ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Indri  terus berontak saat Deni menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun Indri  tentu saja bukan tandingan Deni yang sudah kesurupan itu. Perlawanan Indri  mengendur setelah Deni mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya Deni menggerayangi tubuh Indri , tapi gw dapat melihat Deni memeluk erat Indri  sambil melumat bibirnya.

Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi pada situasi di kamarku. Gw lalu menghampiri Pak Alex dan Lissa untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indri , Lissa juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Alex. Waktu gw menghampiri mereka Pak Alex sedang menjilati paha mulus Lissa sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada buah dada  dan kemaluan Lissa.

Aduh Ci.. tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini.. ahh! kata Lissa ditengah desahannya.

Tenang Ver, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong kataku seraya melumat bibirnya.

Gw berpagutan dengan Lissa beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Alex mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas buah dada  Lissa secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok vaginanya. Desahan Lissa tertahan karena sedang berciuman denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.

Hhhmmhh.. tetek Neng Lissa ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng kata Pak Alex disela aktivitasnya.

Memang sih diantara kami bereempat, buah dada  Lissa termasuk yang paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok kontol mereka diantara himpitannya. Pak Alex pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Lissa ditelan olehnya.

Puas menetek pada Lissa, Pak Alex bersiap memasuki vagina Lissa dengan kontolnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Lissa dia memegang kontolnya untuk diarahkan ke liang itu.

Ouch.. sakit Ver, duh kasar banget sih babu lu Lissa meringis dan mencengkram lenganku waktu kontol super Pak Alex mendorong-dorongkan kontolnya dengan bernafsu.

Tahan Ver, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja kataku sambil meremasi kedua buah dada nya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Alex.

Pak Alex menyodokkan kontolnya dengan keras sehingga Lissa pun tidak bisa menahan jeritannya, Lissa kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang sedikit berair.Pak Alex mulai menggarap Lissa dengan genjotannya. Gw merasakan tangan Lissa menyelinap ke bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh..gw mendesah merasakan jari-jari Lissa menggerayangi kemaluanku.

Gw lalu naik ke wajah Lissa berhadapan dengan Pak Alex yang sedang menggenjotnya. Lissa langsung menjilati kemaluanku dan Pak Alex menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus menyodoki Lissa, dia meraih buah dada ku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya sampai gw meringis menahan sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok buah dada  yang satunya. Gw yang mengerti apa maunya segera mencondongkan badanku ke depan sehingga payudaraku pun makin membusung Indri . Ternyata dia tidak langsung mencaplok buah dada ku, tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Gw merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Lissa pada Memek gw  membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Lissa juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.

Gw mendesah tak karuan merasakan jilatan dan sedotan pada klistoris dan putingku. Ciuman Pak Alex merambat naik dari dadgw hingga hinggap di bibirku, kami berciuman dengan penuh nafsu. Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar sampai ludah kami bercampur baur.

Aahh.. oohh.. gua dah mau.. Pak! erang Lissa bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dan membusur ke atas.

Melihat reaksi Lissa, Pak Alex semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas dadanya. Gw sendiri tidak merasa akan segera menyusul Lissa, dibawah sana seperti mau meledak rasanya. Dalam waktu yang hampir bersamaan gw dan Lissa mencapai klimaks, tubuh kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Lissa. Erangan kami memenuhi kamar ini membuat Pak Alex semakin liar.

Setelah gw ambruk ke samping, Pak Alex menindih Lissa dan mulai menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut Lissa, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi buah dada  montok itu, seolah-oleh tak ingin lepas darinya.

Hhmmpphh.. sluurrpp.. cup.. cup.. demikian bunyinya saat mereka bercipokan, lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut masing-masing. Pak Alex cukup pengertian akan kondisi Lissa yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga dulu. Dan kini disambarnya tubuhku, padahal gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir Memek gw  dan menyentuhkan kepala kontolnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke Memek gw . Gw mendesah sambil meremas-remas sprei menghayati proses pencoblosan itu.

Permainan Pak Alex sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Gw meraih tangannya untuk meremasi buah dada ku yang berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Lissa terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku. Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bersamaan, bedanya gw dikocok dengan kontol sedangkan Lissa dikocok dengan jari-jarinya. Lissa membuka pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak Alex bermain lebih leluasa.

Aduhh.. aahh.. gila Ver.. enak banget! ceracauku sambil merem-melek.

Oohh.. terus Pak.. kocok terus Lissa terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.

Yak.. dikit lagi.. aahh.. Pak.. udah mau gw mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks.

Neng Citra.. Neng Lissa.. bapak juga.. mau keluar.. eerrhh geramnya dengan mempercepat gerakkannya.

Kontol itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan kontolnya dari Memek gw  dan berdiri di ranjang. Disuruhnya Lissa berlutut dan mengoral kontolnya yang berlumuran cairan cintaku. Lissa berlutut mengemut kontol basah itu sambil tangan kanannya mengocok vaginanya sendiri yang tanggung belum tuntas. Gw bangkit perlahan dan ikut bergabung dengan Lissa menikmati kontol Pak Alex. Lissa mengemut batangnya, gw mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati sosis itu.

Di tengah kulumannya mendadak Lissa merintih tertahan, tubuhnya seperti menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari vaginanya mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Alex mencabut kontolnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, kontol itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan

Sabar, sabar dong neng, bisa putus kont*l bapak kalo rebutan gini katanya terbata-bata.

Setelah tidak ada yang keluar lagi Lissa menjilati sisanya di wajahku, demikian pula sebaliknya. Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah Pak Alex jatuh tepat di dada Lissa.

Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Indri  dan Deni. Gw tiba di kolam melihat Deni sedang menggarap tubuh mungil Indri . Di daerah dangkal Indri  dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Deni dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot kontolnya pada vagina Indri . Kedua buah dada  Indri  bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Pasti adegan ini membuat para cowok di kampusku sirik pada Deni yang buruk rupa tapi bisa ngent*t dengan gadis seimut itu.

Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih? sapaku.

Edan Ci.. gua sampe klimaks tiga kali.. aahh! desah Indri  tak karuan.

Neng.. temennya enak banget, udah cantik, mem*knya seret lagi komentar Deni sambil terus menggenjot.

Indri  tak kuasa menahan rintihannya setiap Deni menusukkan kontolnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan kontol penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Deni menyelinap lewat ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul Indri  naik turun berkali kali mengikuti gerakan Deni. Jeritannya makin menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di tangga kolam. Setelah menaklukkan Indri , Deni memanggilku yang mengelus-ngelus kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.

Sini neng, mendingan dipuasin pake kont*l saya aja daripada ngocok sendiri .

Gwpun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya gw dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun hingga meremas bongkahan pantatku. Sementara tanganku juga turun meraih kemaluannya.

Gila nih kont*l, masih keras juga..udah keluar berapa kali tadi? tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih lapar itu.

Baru sekali tadi.. abis saya masih nungguin neng sih godanya saambil nyengir.

Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, gw melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya gw pada lantai di tepi kolam, disebelah Indri  yang terkapar, dia merapatkan badannya diantara kedua kakiku yang tergantung.

Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telinggw juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpIndri  melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba kebawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Deni ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala kontolnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Deni mengehentakkan pinggulnya hingga kontolnya tertanam semua dalam Memek gw . Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Gw hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.

Kalau dibandingkan dengan Pak Alex, memang sodokan Deni lebih mantap selain karena usianya masih 30-an, badannya juga lebih berisi daripada Pak Alex yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih itu. Di tengah badai kenikmatan itu sekonyong-konyong gw melihat sesuatu yang bergerak-gerak di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku dan astaga.. ternyata si Lissa, dia sedang disetubuhi dari belakang dengan posisi menghadap jendela, tubuhnya terlonjak-lonjak dan terdorong ke depan sampai buah dada nya menempel pada kaca jendela, mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang meringis, sungguh suatu pemandangan yang erotis. Adegan itu ditambah serangan Deni yang makin gencar membuatku makin tak terkontrol, pelukanku semakin erat sehingga payudaraku tertekan di dadanya, kedua kakiku menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. Gw merasa detik-detik orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang hal ini. Deni memintaku bertahan sebentar lagi karena dia juga sudah mau keluar.

Susah payah gw bertahan agar bisa klimaks bersama, setelah kurasakan ada cairan hangat menyemprot di rahimku, gwpun melepas sesuatu yang daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir dengan deras di sekujur tubuhku, otot-ototku mengejang, tak terasa kukuku menggores punggungnya. Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas seolah mati rasa, begitu juga Deni yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Gw berbaring di pinggir kolam di atas lantai marmer, kedua buah dada ku nampak bergerak naik turun seiring desah nafasku. Kugerakkan mataku, di jendela Lissa dan Pak Alex sudah tak nampak lagi, di sisi lain Indri  yang sudah pulih merendam dirinya di air dangkal untuk membasuh tubuhnya.

Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa diantara kami tertidur. Pesta dimulai lagi sekitar pukul 8 malam setelah makan. Kami mengadakan permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain poker dengan taruhan yang kalah paling awal harus rela dikeroyok kedua penjaga villa itu dan diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia model terbaru milik Lissa, filenya akan disimpan dalam komputer Lissa untuk koleksi dan tidak akan boleh dicopy atau dilihat orang lain selain geng kami, mengingat kasus bokep Itenas. Kami duduk melingkar di ranjang, Pak Alex dan Deni kusuruh menjauh dan kularang menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah, mereka menunggu hanya dengan memakai kolor, sambil sebentar-sebentar mengocok anunya sendiri Gw mulai membagikan kartu dan permainan dimulai. Suasana tegang menyelimuti kami bertiga, setelah akhirnya Indri  melempar kartunya yang buruk sambil menepuk jidatnya, dia kalah. Kedua orang yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju mengeksekusi Indri .

Indri  sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan mereka dengan dipegangi erat-erat dan digerayangi bagian-bagian sensitifnya. Deni menyusupkan tangannya ke kimono Indri  meraih buah dada nya yang tak memakai apa-apa di baliknya. Pak Alex menyerang dari bawah dengan merentangkan lebar-lebar kedua paha Indri  dan langsung membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang terawat dan berbulu lebat itu. Perlakuan ini membuat rontaan Indri  terhenti, kini dia malah mengelus-elus kontol Deni yang menegang sambil memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak Alex dan dadanya diremas Mulkas. Gw melihat lidah Pak Alex menjalar jari belahan bawah hingga puncak kemaluan Indri , lalu disentil-sentilkan pada klistorisnya. Indri  tidak tahan lagi, dia merundukkan badan untuk memasukkan kontol Deni ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus seperti sedang makan es krim. Event menarik itu tidak dilewatkan Lissa dengan kamera-HP nya.

Indri  terengah-engah melayani kontol super Deni, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitarnya, rasa malunya hilang digantikan dengan hasrat yang besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia mempertunjukkan suatu live show yang panas seperti aktris bokep dan Lissa sebagai juru kameranya. Pak Alex yang baru saja melepaskan kolornya menggesek-gesekkan benda itu pada bibir kemaluan Indri , sebagai pemanasan sebelum memasukinya. Kemulusan tubuh Indri  terpampang begitu Deni menarik lepas tali pinggang pada kimononya, sesosok tubuh yang putih mulus serta terawat baik diantara dua tubuh hitam dan kasar, sungguh perpaduan yang kontras tapi menggairahkan. Pak Alex mempergencar rangsangannya dengan menciumi batang kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya. Indri  yang sudah kesurupan setan seks itu jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu

Ahh.. awww.. Pak enak banget.. masukin aja sekarang! rintihnya manja sambil meraih kontol Pak Alex yang masih bergesekan dengan bibir vaginanya.

Pak Alex pun mendorong kontol itu membelah kedua belahan kemaluan Indri  diiringi desahan nikmat yang memenuhi kamar ini sampai gw dibuat merinding mendengarnya. Gw mengeluarkan buah dada  kiriku dari balik kimono dan meremasnya dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun menggesek-gesekkan jariku ke kemaluanku, Lissa yang juga sudah horny sesekali mengelus kemaluannya sendiri. Indri  nampak sangat liar, kemaluannya digenjot dari depan, dan Deni yang menopang tubuhnya dari belakang meremasi kedua buah dada nya serta memencet-mencet putingnya. Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan Deni, lalu melumat leher dan pundaknya dengan jilatan dan gigitan ringan. Hal ini menyebabkan Indri  tambah menggelinjang dan mempercepat kocokannya pada kontol Deni.

Serangan Pak Alex pada vagina Indri  semakin cepat sehingga tubuhnya menggelinjang hebat.

Aaakhh..aahh! jerit Indri  dengan melengkungkan tubuhnya ke atas.

Indri  telah mencapai orgasme hampir bersamaan dengan Pak Alex yang menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini juga direkam oleh Lissa, difokuskan terutama pada wajah Indri  yang sedang orgasme. Tanpa memberi istirahat, Deni menaikkan Indri  ke pangkuannya dengan posisi membelakangi. Kembali vagina Indri  dikocok oleh kontol Deni. Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan Deni. Deni yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Indri  menikmati pijatan kemaluannya. Pak Alex mengistirahatkan kontolnya sambil menyusu dari kedua buah dada  Indri  secara bergantian. Gw semakin dalam mencucukkan jariku ke dalam Memek gw  saking terangsangnya, sampai-sampai cairanku mulai meleleh membasahi selangkangan dan jari-jariku.

Bosan dengan gaya berpangkuan, Deni berbaring telentang dan membiarkan Indri  bergoyang di atas kontolnya. Kemudian dia menyuruh Lissa naik ke atas wajahnya agar bisa menikmati kemaluannya. Lissa yang daritadi sudah terangsang itu segera melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu. Seluruh wajah Deni tertutup oleh daster transparan Lissa, namun gw masih dapat melihat dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil menyusupkan tangannya dari bawah daster menuju buah dada nya. Pak Alex yang anunya sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling-guling sambil berciuman penuh nafsu. Dengan tetap berciuman Pak Alex memasukkan kontolnya ke Memek gw , cairan yang melumuri selangkanganku melancarkan penetrasinya. Dengan kecepatan tinggi kontolnya keluar masuk dalam Memek gw  hingga gw histeris setiap benda itu menghujam keras ke dalam. Gw cuma bisa pasrah di bawah tindihannya membiarkan tangannya menggerayangi buah dada ku, mulutnya pun terus menjilati leherku. Gw masih memakai kimonoku, hanya saja sudah tersingkap kesana kemari.

Gw melihat Deni masih berasyik-masyuk dengan kedua temanku, hanya kali ini Lissa sudah bertukar posisi dengan Indri . Sekarang mereka saling berhadapan, Lissa bergoyang naik turun diatas kontol Deni sambil berciuman dengan Indri  yang mekangkangi wajah Deni. Indri  membuka kakinya lebar-lebar sehingga cairannya semakin mengalir, cairan itu diseruput dengan rakus oleh si Deni sampai terdengar suara sluurrpp.. sshhrrpp..Ketika gw sedang menikmati orgasmeku yang hebat, dia tekan sepenuhnya kontol itu ke dalam dan ini membawa efek yang luar biasa padaku dalam menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku menggelinjang dan berteriak tak tentu arah sampai akhirnya melemas kembali. Pesta gila-gilaan ini berakhir sekitar jam 11 malam. Gw sudah setengah sadar ketika Pak Alex menumpahkan maninya di wajahku, tulang-tulangku serasa berantakan. Indri  sudah terkapar lebih dulu dengan tubuh bersimbah peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal pahanya yang terbuka nampak cairan kewanitaan bercampur sperma yang mengalir bak mata air.

Sebelum tak sadarkan diri gw masih sempat melihat Deni menyodomi Lissa yang masih dalam gaun transparan yang sudah berantakan, tubuh keduanya sudah mandi keringat. Karena letih dan ngantuk gw pun segera tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris Lissa maupun tubuhku yang sudah lengket oleh sperma. Besok paginya gw terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan gw hanya mendapati Indri  yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Indri  untuk membangunkannya.

Gimana Dah.. puas semalem? tanyaku .

Gila gua dientotin sampe kelenger, barbar banget tuh dua orang, eh.. omong-omong pada kemana yang lain si Lissa juga ga ada?

Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh lengket banget mandi dulu yuk.. udah lengket gini ajakku karena merasa tidak nyaman dengan sperma kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada sarang laba-laba menempel di sana.

Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah terdengar suara desahan, kuikuti asal suara itu yang ternyata dari kamar mandi. Kami berdua segera menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah terbuka itu, kami tengok ke dalam dan melihat Lissa dan kedua penjaga villa itu. Darahku berdesir melihat pemandangan erotis di depan kami, dimana Lissa sedang dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi. Deni sedang enak-enaknya mengocok senjatanya diantara kedua gunung bulat itu, sedangkan Pak Alex berlutut diantara paha jenjang itu sedang menyetubuhinya, air dan sabun membuat tubuh mereka basah berkilauan. Kedatangan kami sepertinya tidak terlalu membuat mereka terkejut, mereka malah menyapa kami sambil terus bekerja. Gw dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah shower dan membuka kimonoku diikuti Indri  dari belakang. Air hangat mengucur membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil sabun cair dan menggosokkannya ke sekujur tubuh Indri . Demikian juga Indri  dia melakukan hal yang sama padaku, kami saling menyabuni satu sama lain.

Kami saling mengelus bagian tubuh masing-masing, suatu ketika ketika tanganku sampai ke bawah, iseng-iseng kubelai bibir kemaluannya sekaligus mempermainkan klistorisnya.

Uuhh.. Ci! dia menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku sehingga buah dada kami saling berhimpit.

Tangan Indri  yang lembut juga mengelusi punggungku lalu mulai turun ke bawah meremas bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir makin cepat ditambah lagi adegan panas Lissa dengan kedua pria itu membuatku makin naik. Indri  mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku yang terbuka karena sedang mendesah, selama beberapa menit bibir kami berpagutan. Kemudian gw memutar badanku membelakangi Indri  supaya bisa lebih nyaman menonton Lissa.

Gw melihat wajah horny Lissa yang cantik, dia meringis dan mengerang menikmati tusukan Pak Alex pada vaginanya, sementara Deni hampir mencapai orgasmenya, dia semakin cepat menggesek-gesekkan kontolnya diantara gunung kembar itu, tangannya pun semakin keras mencengkram daging kenyal itu sehingga pemiliknya merintih kesakitan. Akhirnya menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher dan mulut Lissa. Mataku tidak berkedip menyaksikan semua itu sambil menikmati belaian Indri  pada daerah sensitifku. Dengan tangan kanannya dia memainkan buah dada ku, putingnya dipencet dan dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya meraba-raba selangkanganku. Perbuatan Indri  yang mengobok-obok Memek gw  dengan jarinya itu hampir membuatku orgasme, sungguh sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu.

Gw masih menikmati jari-jari Indri  bermain di Memek gw  ketika Deni yang baru menyelesaikan hajatnya dengan Lissa berjalan ke arahku, kontolnya agak menyusut karena baru orgasme. Jantungku berdetak lebih kencang menunggu apa yang akan terjadi. Tangannya mendarat di buah dada  kiriku dan meremasnya dengan lembut sambil sesekali memelintirnya. Lalu dia membungkuk dan mengarahkan kepalanya ke buah dada  kananku yang langsung dikenyotnya. Gw memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan menggoda. Lalu gw merasakan kaki kananku diangkat dan sesuatu mendesak masuk ke Memek gw . Sejenak kubuka mataku untuk melihat, dan ternyata yang bertengger di Memek gw  bukan lagi tangan Indri  tapi kontol Deni yang sudah bangkit lagi. Kembali gw disetubuhi dalam posisi berdiri sambil digerayangi Indri  dari belakang. Tubuhku seolah terbang tinggi, wajahku menengadah dengan mata merem-melek merasakan nikmat yang tak terkira.

Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di kamar mandi. Akhirnya setelah mandi bersih-bersih kami bertiga mencari udara segar dengan berjalan-jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah restoran di daerah itu. Setelah makan kami kembali ke vila dan mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Indri  dan Lissa keluar dari kamar terlebih dulu meninggalkanku yang masih membereskan bawaanku yang lebih banyak. Cukup lama juga gw dikamar gara-gara sibuk mencari alat charge HP-ku yang ternyata kutaruh di lemari meja rias. Waktu gw menuju ke garasi terdengar suara desahan dan ya ampun.. ternyata mereka sedang bermain short time sambil menungguku.

Indri  yang celana panjang dan dalamnya sudah dipeloroti sedang menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Alex menyodokinya dari belakang sambil memegangi buah dada nya yang tidak terbuka. Sementara di pintu mobil, Lissa berdiri bersandar dengan baju dan rok tersingkap, paha kirinya bertumpu pada bahu Deni yang berjongkok di bawahnya. Celana dalamnya tidak dibuka, Deni menjilati kemaluannya hanya dengan menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya turut bekerja meremasi buah dada  dan pantatnya.

Weleh.. weleh.. masih sempat-sempatnya lu orang, asal jangan kelamaan aja, ntar kejebak macet kita kataku sambil geleng-geleng kepala.

Tenang neng ga usah buru-buru, masih pagi kok, ini cuma sebentar aja kok tanggap Pak Alex dengan terengah-engah.

Akhirnya setelah 15 menitan Pak Alex melepas kontolnya dan memanggilku untuk bergabung dengan Indri  menjilatinya. Gw tadinya menolak karena tak ingin make upku luntur, tapi karena didesak terus akhirnya gw berjongkok di sebelah Indri .

Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur kataku padanya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil mengulum benda itu.

Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Alex menggeram dan cepat-cepat kuberikan kontol itu pada Indri  yang segera memasukkan ke mulutnya. Pria itu mendesah panjang sambil menekan kontolnya ke mulut Indri , Indri  sendiri sedang menyedot sperma dari batang itu, sepertinya yang keluar tidak banyak lagi soalnya Indri  tidak terlalu lama mengisapnya.

Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah? ujar Lissa yang sudah merapikan kembali pakaiannya.

Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami dengan kenangan tak terlupakan. Dalam perjalanan kami saling berbagi cerita dan kesan-kesan dari pengalaman kemarin dan membicarakan rencana untuk mengerjai si Diah  yang hari ini absent!

Senin, 27 Desember 2010

majikan dan pembantunya


majikan dan pembantunya
Kejadian ini berlangsung sekitar 4 tahun lalu ketika saya berumur 22 th. Saat itu saya masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Saya berkenalan via internet dengan seorang janda keturunan china berumur 40th bernama bernama Jeany, dia mempunyai 2 orang anak berumur 5 dan 9 th. Mulanya saya hanya tertarik karena orangnya ramah dan asyik diajak ngobrol dan cukup bisa mengikuti gaya anak muda alias lumayan 'gaul' lah. Hampir setiap malam dia telepon ke rumah saya. Sampai kadang anak-anaknya ikutan bercanda lewat telepon.

Suatu saat Jeany akan ada tugas dari kantornya ke Surabaya dia menelepon minta dijemput di Airport katanya, wah asyik nih aku bisa ketemu sekalian bisa ngobrol dan bercanda. Pada saat hari H dia telpon saya lagi dia bilang dia pake baju warna pink dan celana panjang hitam. Hmm sesampainya di airport aku bingung sekali waktu aku lihat-lihat di kedatangan airport yang pakai baju pink dan celana hitam cuman ada satu orang itupun kira-kira masih sekitar umur 30 th menurutku. Aku beranikan diri untuk menyapa,
"Hmm selamat siang bu, ma'af ibu yang bernama Jeany?" dengan senyum yang manis dia langsung merespons,
"Apakabar Iwan".
Saya langsung bengong karena melihat tampangnya yang masih cantik dengan badan langsing tapi gemuk pada bagian yang penting tentunya. Tiba-tiba jeany langsung mencium pipiku..

"Mmmuuaachh jangan pake ibu segala ya.. Panggil Jeany aja!".

Wah-wah saya langsung rada horny.. He.. he..he..

Seharian saya antar dia keliling ke kantor klien-kliennya, setelah jam kerja usai, kita makan malam dan saya antar lagi dia ke airport. Di perjalanan tiba-tiba dia minta berhenti di pinggir jalan. Saya tanya,
"Kenapa kok berhenti?" tanpa banyak bicara dia langsung mencium bibir saya dan membuka retsleting celana saya, penis saya langsung menegang tanpa basa-basi. Sambil mengelus-elus batangku dia bergumam,
"Hmm mantap juga batang kamu ini"
Ukuran penisku tidak terlalu besar sih sekitar 18 cm panjangnya, tapi menurut Jeany, "helm proyek"-nya ini bisa bikin nyesek.. He.. he.. he.. he..

Setelah puas melumat bibirku dia langsung menyedot batang kemaluanku yang dari tadi sudah menunggu hisapan mulut sexinya, tak ketinggalan lidahnya menjilat-jilat batang penisku, aku tak mau tinggal diam tanganku berusaha meremas dadanya yang cukup kenyal, tapi dia menepis, "Sudah deh kali ini biar Jeany yang kerja," ya.. aku pasrah saja sambil menikmati sedotan bibirnya, tak lama kemudian aku serasa melayang-layang dan kepala penisku serasa makin besar akhirnya "Oughh.. ahh.." Crott!! Spermaku keluar di mulut Jeany, Dia makin gila menyedot semua batangku masuk ke mulutnya seakan nggak mau ada spermaku yang lolos dari mulutnya. Kepala penisku masih berdenyut saat jeany menyedotnya.

"Ahhmm enak banget batang kamu, thank's ya," kata Jeany, sambil tersenyum dan menciumku, dia sangat suka dengan penisku, sementara aku hanya bisa diam dan masih terheran-heran melihat kebinalannya," Ayo jalan, ntar ketinggalan pesawat nih." Tiba-tiba Jeany protes melihat aku hanya terdiam dan membiarkan celanaku terbuka. Pada saat aku tiba di parkiran airport Jeany berkata," Kamu masih utang lho sama aku" hmm aku hanya bisa senyum sambil kali in aku yang mencium bibir sexy-nya. Jeany memelukku erat, kami seperti pasangan kekasih aja.

Sebulan telah berlalu, kami tetap berhubungan via telepon, hubngan kami semakin akrab, lalu saya memutuskan untuk pergi ke Jakarta untuk bertemu Jeany. Kebetulan anak-anaknya sedang liburan sekolah, sekalian saya bertugas mengajak anaknya jalan-jalan. Saat tiba di Jakarta saya menginap di sebuah hotel yang cukup terkenal di daerah Senayan. Lalu kami bertemu dan jalan-jalan bersama kedua anaknya, "Hmm sudah seperti keluarga aja nih" pikirku dan Jeany terlihat makin cantik, lebih cantik dari sebelumnya. Sepulang dari jalan-jalan, tiba-tiba anak Jeany yang berumur 7th meminta saya untuk menginap di rumahnya, agar kita bisa main playstation berdua. Asyik juga nih pikirku, karena memang aku juga keranjingan main game.

Saya dan Dodi (anak sulung Jeany) sudah 2 jam main playstation. Saat itu sudah jam 23.00, Dodi sudah mau tidur sementara Jeany masih sibuk membereskan kamar yang akan saya tempati. Kelar main PS dengan Dodi, saya langsung mandi karena sejak tadi saya belum mandi. Selesai mandi saya lihat Jeany sudah selesai beres dan duduk di sofa ruang keluarga sambil nonton TV. Cantik sekali Jeany saat itu, dengen baju tidur warna ungu, wah.. yang bikin saya deg-degan dadanya yang berukuran 34b menyembul dibalik gaunnya, dan setelah aku curi-curi pandang ternyata dia tidak memakai bra.

"Kamu masih hutang ama aku lho Wan", jeany berkata begitu dengen senyum manisnya.
Ya aku langsung jawab aja, "Iya deh pasti aku lunasin kok" wah kebeneran nih ngerasain vagina janda.. Hehehehe biarpun sudah umur 40-an tapi badannya sangat sexy karena memang hobbynya berenang. "Kita sambil nonton bokep yuk Wan," kata Jeany.

Sewaktu Jeany memasang vCD rada sedikit nungging, Hmm.. pahanya terlihat mulus den belahan pantatnya terlihat sangat bersih, aku tak tahan langsung aja aku samperin dan menjilat belahan pantatnya dari belakang sampai turun ke selangkangan.

"Ahh sayangg.. Sabar donk.. Aku sudah lama nggak diginiin" Jeany mendesah sambil kakinya gemetaran.

Aku gendong saja ke sofa terus aku ciumin bibrnya, Jeany merespons ciumanku dengan ganasnya, "Jago juga nih ciumannya", pikirku.

Sementara kedua tanganku mulai menyelusup ke dadanya yang sejak tadi membusung karena menahan nafas, "Oughh ahh.. Terusin sayang," desahnya.

Tangan jeany mulai berusaha meraih batang penisku yang sudah menegang dengan helm yang memerah, "Eitt ini giliranku bayar hutang," tanganku menepis tangan jeany dengan lembut, dia hanya tersenyum.

Sementara mulutku mulai menjilat-jilat puting jeany yang berwarna pink. Jemarinya mendekap erat kepalaku, sambil mendesah dan kakinya memeluk erat pinggulku, "Suck my pussy baby"
Jeany mendorong kepalaku ke arah vaginanya yang dari tadi cairannya membasahi dadaku. Hmm asyik benar nih pikirku dalam hati. Saat aku mulai menyapukan lidahku dari bagian bawah ke atas vaginanya aku merasakan cairan yang sangat nikmat yang aku impikan sejak pertama kali bertemu Jeany. Aku hisap clitorisnya dia makin mengejang dan aku merasakan vaginanya sperti menghisap bibirku.

"Ciuman ama bibir atau vagina sama enaknya nih," pikirku.
"Oughh sayangghh enak," gumamnya.

Lidahku mulai bergerak konstan di clitorisnya semakin cepat, pantatnya bergerak naik turun mengikuti irama lidahku, tiba tiba dia berteriak histeris.
"Fuck.. Ahh ahh oughh ah ahh ahh.. Iwann eghh.," badan Jeany mengejang, tangannya menekan kepalaku ke vaginanya hingga hidung dan hampir semua wajahku basah karena cairan vaginanya.
Nafasnya tersengal-sengal dadanya makin membusung (ini pengalaman pertamaku menjilat vagina, sekarang aku suka sekali menjilat vagina sampai lawan sex-ku mencapai klimaks karena jilatanku).

Aku jilati terus dan aku telan semua cairan vaginanya, rasanya enak banget!! Sementara nafas Jeany masih tersengal-sengal aku angkat kedua pahanya sehingga lobang pantatnya pas berada di bibirku. Aku jilati lagi sisa-sisa cairan yang meleleh di lobang pantat jeany sambil aku teruskan jilatanku ke atas dan turun lagi berulang-ulang. Tangan Jeany makin menekan kepalaku, aku makin menikmati permainan ini dan aku lihat kepala jeany menegadah pertanda dia sangat menikmati jilatanku, sampai akhirnya aku berbalik lagi menjilat bagian lobang vaginanya yang masih berdenyut.

"Sayangghh terusinn aku hampir sampai lagi nihh,"gumamnya sambil menggerak-gerakan pantatnya.
Aku makin enjoy dengan rasa vaginanya yang seperti sayur lodeh.. Hehehehe. Aku hisap clitorisnya sampai akhirnya dia mulai mengejang-ngejang.. "Oughh enakk sayangku.."
Kuku jemarinya terasa perih di belakang leherku. Jeany mencapai klimaks untuk kedua kalinya, tanpa menunggu-nunggu lagi aku tancapkan saja batang penisku yang dari tadi sudah menunggu untuk bersarang, Ternyata tak semudah itu, lobang vaginanya memang cukup sempit pertama kali hanya kepala penisku aja yang bisa masuk, lalu setelah aku keluarkan dan aku masukkan lagi beberapa kali akhirnya.
BLESS..
"Eghh.. Enak banget Wan," gumamnya Jeany langsung menciumi bibirku dengan penuh nafsu.

Aku mulai memompa vaginanya secara beraturan sambil menjilati puting susunya yang merah dan menegang, enak benar vagina Jeany, pikirku. Selama 15 menit aku memompa, perlahan tapi pasti vagina Jeany makin terasa makin menyempit, aku makin merasa enak.
"Ahh.. Ahh oughh" mendesah sambil tangannya mencengkeram pinggiran sofa. Tiba-tiba cengkeramannya pindah ke punggungku sambil setengah berteriak Jeany mencapai klimaks yang ketiga kalinya,
"Aghh ahh I LOVE THE WAY YOU FUCK ME!!"
Aku makin mempercepat gerakanku.. Jeany makin menggila.
"FUCK.. FUCK.. FUCK ME.. Oughh ahh ahh," Jeany benar meracau tak karuan, untung jarak kamar tidur dengan ruang tengah cukup jauh sehingga teriakannya tidak mengganggu tidur kedua anaknya.

Setalah Jeany menikmati sisa-sisa klimaksnya aku ciumin bibrnyai dia dan dia tersenyum, "Thank's ya, hutangmu lunas, tapi kamu belum keluar sayangku," dia berkata sambil membalikkan badannya dan kedua tangannya memegang sandaran sofa.
"Fuck me from behind," dia mengarahkan penisku yang masih menegang ke arah lobang vaginanya yang sudah basah kuyup.

Langsung aja aku pompa vaginanya karena aku sudah tak tahan ingin cepat-cepat keluar, baru sepuluh kali keluar masuk, Jeany mendesah berat dan vaginanya berdenyut pertanda dia mencapai klimaksanya, badannya seperti kehilangan tenaga, aku tahan pantatnya sambil terus aku pompa vaginanya. Denyutan vaginanya membuat aku merasa makin nikmat. Dengan mata sayu Jeany berkata, "Keluarin di mulutku sayangku, aku haus spermamu".
Aku tidak memperdulikan aku tetap focus mengejar kenikmatanku sendiri sampai akhirnya aku akan mencapai puncak kenikmatan aku cabut penisku, dengan sigapnya jeany meraih batang penisku dan mengocok-ngocok di dalam mulutnya.
"Oughh.. Isepin penisku sayanghh ahh.."
Crott!! Crott.. Crott..
Cairan spermaku meleleh di dalam mulutnya sampai keluar dari tepi bibir Jeany.

Tiba-tiba ada suara lenguhan yang cukup mengagetkanku"ahh ahh ahh oughh..," kami berdua terkaget-kaget ketika aku lihat pembantu Jeany yang bernama Dini sudah telentang sambil mengejang di lantai, jemarinya terlihat berada di dalam vaginanya, sementara bajunya sudah tidak karuan. Aku baru sadar jika permainan kami diperhatikan oleh pembantu yang kira-kira masih berumur 15 tahun. Namun badannya lumayan bongsor dan mulus, buah dadanya terlihat membusung indah sekali. Namanya Dini.

Ternyata Dini sudah memperhatikan permainan kita sejak tadi. Tanpa malu-malu lagi Jeany memanggilnya,
"Sini kamu!" sambil mukanya memerah Dini berjalan mendekat.
"Kamu ngapain?" tanya Jeany.
"Ya lihat Ibu sama Mas Iwan begituan," jawabnya dengan lugu sambil melirik ke arah penisku yang masih tegak.
Jeany berbisik, "Aku sudah cape nih, aku rela kok kamu main sama Dini, tuh penis kamu masih tegak," sambil menciumku Jeany membisikkan hal yang benar-benar aku inginkan dan cukup mengejutkan bagiku.

Sambil menunjuk ke arah vCD bokep yang sedang beradegan anal, Jeany berkata kepada Dini,
"Kamu mau ngentot seperti di TV itu ya Dini"
Dengan muka makin memerah Dini menjawab dengan perlahan dan gemetaran,
"Eng.. Engga bu, ma'afkan Dini".
Dengan nada sedikit membentak Jeany memerintah, "Pokoknya kamu harus layani Mas Iwan sampai dia puas!! Siapa suruh ngelihat kita ngentot sambil mainan vagina pula, isepin tuh penis Mas Iwan!".
Sambil perlahan-lahan mendekat, tangan Dini yang masih terlihat basah karena cairan vaginanya, meraih batang penisku, perlahan Dini mulai mengocok-ngocok sambil mengulum penisku.. Hmm enak sekali bibr mungil Dini. Aku elus pipinya dia memandang ke arahku, aku tanya si Dini, "Kamu sudah pernah ngentot ya?"
Dengan senyum malu-malu Dini menjawab, "Sudah Mas, dulu waktu Dini masih di kampung sama teman-teman"
"Hahh ama teman-teman?, rame-rame Donk?" aku bertanya kembali.
Dini hanya mengangguk lalu melanjutkan kulumannya. Aku lihat Jeany sudah terlelap kecapean.

Tanpa sadar aku meremas-remas payudara Dini sambil memelintir putingnya. Dini mendesah menikmati sambil terus berusaha mengulum penisku. Dengan lugu Dini berkata, "Mass ahh tolong donk dimulai, masukin Mass".
Aku langsung mengangangkan kedua paha Dini dan Bless ternyata memang benar dia sudah tidak perawan lagi. Dini mendesah perlahan.. "Ouhh penis Mas besar sekali, baru kali ini saya ngentot sama orang dewasa.'
Dini terus menggoyang-goyangkan pantatnya sambil meremas payudaranya sendiri. Wah.. cukup pengalaman juga nih anak pikirku.

Matanya terpejam sambil bibirnya mendesis seperti orang kebanyakan cabe..
"Ssshh ahh enakk Mass eghh."
Tiba-tiba dia berusaha berdiri sambil mendorong badanku, "Aku mau diatas mass ahh aku mau keluar"
Aku oke-in aja deh aku telentang, Dini berjongkok sambil menggoyangkan pantatnya, dia menciumi leherku aku remas remas kedua payudaranya yang ranum denga puting kecoklatan. Genjotannya semakin keras aku mengimbangi goyangan pantatnya, aku naik turunkan pinggulku juga. Dini mendesah tak karuan sambil rebah di dadaku.

"Ahh mass ahh ahh oughh aku keluar Mass ahh aku mau lagi Mass.. Ahh..," bibirnya melumat bibirku penuh nafsu, dia berdiri dan menghadap tembok.
"Ayo Mass, kita main lagi, aku ingin dientot sambil berdiri," dengan sedikit mengangkat pantatnya aku lesakkan batang penisku ke dalam vaginanya.
Dini menoleh ke arahku dan dia cuman tersenyum sambil berkata, "Boleh nggak yang seperti di TV Mas?"
Wah.. binal juga nih anak pikirku, dalam hati aku juga ingin ngentot pantat nih, kebetulan. Pantat Dini memang bagus banget kenyal dan bulat, aku makin nafsu melihatnya. Dini membimbing penisku masik ke lobang anusnya, oughh sempit banget rasanya tapi enak. Langsung aja aku dorong penisku keras keras,

"Arrghh oughh Mass enakk teruss mass"

Dini benar-benar sexy, bau badannya yang wangi rada asem dikit membuatku semakin terangsang, aku jilatin punggung dan leher bagian belakangnya sambil meremas payudaranya dari belakang. Gerakan bokongnya benar-benar mirip Inul penyanyi dangdut.. Hehehe. Sambil terus mendesah, Dini meraih tanganku dan dibimbingnye masuk ke lubang vaginanya yang banjir sejak tadi.
"Kocokin jarimu Mass di dalam vaginaku.. Ahh ahh oughh enakk!!"

Tiba-tiba pantatnya mengejang dan berdenyut (baru kali ini aku tahu kalau pantat dientot juga bisa klimaks)
"Ahh Mass keluarin di pantatku, Mass aoughh aku keluar Mass.. Oughh ahh ahh"
Dini meremas-remas payudaranya sendiri. Aku pompa pantatnya kencang-kencang karena denyutan anusnya aku nggak tahan sementara tanganku terus bergerak keluar masuk vaginanya.
Dini menengadah ke atas sambil terus meremas-remas payudaranya dan.. "Ahh mass aku keluar lagi.. Ahh ahh.."
Mendengar desahannya aku makin bernafsu dan kepala penisku semakin membesar mau bongkar muatan,
"Oughh Dini pantatmu enakk banget.. Ahh"
Semprotan spermaku membasahi bagian dalam anus Dini yang masih berdenyut. Lutut Dini bergetar dan dia terkulai lemas di lantai, penisku juga mulai melemas, kami berpelukan kecapean.

Benar-benar malam yang liar malam ini, waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi.. Wah tidak terasa sudah hampir 5 jam aku bermain sex dengan dua wanita liar ini.

Selama aku tinggal di rumah Jeany, tiap malam aku ngentot dengannya dan paginya Dini selalu menyediakanku sarapan pagi dan dia tidak pernah memakai celana dalam, aku sarapan sambil ngentot sama Dini. Hehehehe. Enakk tenan.
mencoba kejantanan lima prajurit
Pada suatu sore saat aku dengan Dewi temanku dalam perjalanan di jalan bebas hambatan, waktu itu hujan cukup deras sehingga jalanan kurang nampak jelas dari kaca mobil kami. Dewi yang memegang setir pada waktu itu sebenarnya juga mengendarai dengan hati-hati, tapi karena sedang apes mobil yang kami naiki itu keluar jalur dan mobilnya terperosok ke dalam parit. Untung Dewi tidak ngebut sehingga kami berdua selamat dan tidak mengalami lecet sedikit pun. Karena mobilnya terperosok ke dalam parit, maka kami tidak bisa langsung membawa mobil ke jalur yang semestinya lagi.

"Waduh.. Sus! Nggak bisa keluar nih bannya, mana HP-ku habis batterainya, wah! Gimana nih?" Dewi panik dan sepertinya kehabisan akal.
"HP-ku juga nih, mana hujan lagi, sepi kendaraan lagi, kalau gini sich! Meski ada orang yang memperkosa kita nggak pa-pa deh! Asal kita diantar pulang saja", aku ngomong sekenanya.
"Gila kau Sus, tapi benar juga asal jangan kasar-kasar kali ya, hehehe..!"
"Loh! Semakin kasar semakin nikmat lagi, hahaha..!" kami tertawa seakan-akan kami sudah terlepas dari masalah.
"Sus, kalau kita di dalam mobil saja, kita akan di sini sampai mampus", gerutu Dewi.
"Habis gimana lagi, di luar kan hujan gitu."
"Yah kamu, nggak takut diperkosa, masak takut sama hujan, ya sudah aku saja yang keluar, kucoba dorong mobil ini keluar dari lubang", Dewi nekat dengan semangat empat lima dia keluar dan mulai mendorong moncong depan mobil sialan ini.

Aku melihat Dewi berusaha dengan keras dan mengerahkan seluruh tenaganya, tapi mobil sialan ini tidak bergerak sedikit pun.
"Sus! Hidupin mesinnya!" Dewi teriak-teriak, kuhidupkan mesin lalu giginya kuganti gigi mundur, ternyata mobil hanya bergeming sedikit saja. Lalu aku ikut keluar dan juga mencoba mendorong sama-sama dan ternyata tidak membawa perubahan yang berarti.
"Ya.. nggak bisa juga Wik", keluhku.
"Iyah, tapi bodimu cukup bagus basah-basah gini Sus.."
"Kamu itu mabok ya? Tapi bodimu juga terlihat bagus", lalu kami tertawa-tawa.

"Hei..! Sus itu ada mobil, kita cegat yuk", sambil Dewi menunjuk ke arah mobil truk yang semakin mendekat, dan kemudian kami bergegas berlari sampai ke tengah jalan dan melambai-lambaikan kedua tangan kami. Dan kami berhasil, truk itu ternyata adalah truknya tentara.
"Kenapa kalian? Kenapa dengan mobilnya?" Teriak supir truk, dan kami menghampirinya, "Itu Pak mobil kami masuk parit, jadi mobil kami tidak bisa jalan lagi nih Pak!" kujawab dengan nada yang mesra.
"O iya! Hei! Anak-anak bantu nyonya-nyonya ini ayo cepat." Kemudian turun empat orang dari belakang truk itu.
"Mari Nyonya, anda yang pegang kemudi", kata salah satunya dengan tegas kepadaku, lalu kujawab, "Loh, kok Nyonya sih, kan aku masih muda dan single lagi", sambil kugoda dia, huh badannya tegap, tampangnya nggak jelek-jelek amat, tapi yang penting kan bodinya kekar.

Kucoba menghidupkan mesin lagi beberapa kali tapi tak mau hidup-hidup, waduh kenapa ya?, dan kulihat ternyata bensinnya sudah habis.
"Waduh Mas bensinnya habis, ada cadangan ngak mas-mas ini", teriakku.
"Waduh maaf Nona kami tak punya.."
"Yah sudah, kalau gitu kami ikut kalian saja", setelah kami mengambil tas, kami langsung naik truk mereka.

Setelah masuk, dengan santainya aku melepas bajuku yang basah di hadapan keempat prajurit yang tidak jelas pangkatnya itu, kulihat mereka menatap kami tanpa berkedip sedikit pun, lalu kudekati salah satu dari mereka setelah pakaianku terlepas semua. "Kenapa? suka dengan bodiku hmm.." godaku. Kulihat jakunnya naik turun dan matanya tak henti-hentinya melihat payudaraku yang boleh dibilang montok dan seksi cukup mengoda pokoknya. Lalu kupegang tangannya, kudekatkan ke bongkahan payudaraku, "Gruungg!" suara itu tiba-tiba merusak suasana hening, "Hei! Jangan berangkat dulu", mereka berempat bergegas mendekati jendela sopir, entah apa yang mereka bicarakan.
"Sus, kamu sudah gila ya?" tegur Dewi yang terlihat agak malu-malu tapi mau.
"Sudahlah, lagian kita kan kedinginan butuh penghangat dong", sambil kucubit susu kirinya dan Dewi pun tersenyum dan mulai melepas bajunya.

Mesin truk tak lama kemudian mati lagi dan keempat prajurit itu dengan cepat melucuti bajunya masing-masing. "Nona jangan salahkan kami, karena kami sudah empat bulan tidak pernah menyentuh wanita, mungkin nanti agak kasar", kata salah seorang prajurit yang hanya tinggal celana dalamnya saja yang menempel di tubuhnya. Kemudian dia mendekap tubuhku lalu langsung melumat halus bibirku, ternyata dia mahir memainkan lidahnya, nafasku habis rasanya, dan sekilas kulihat prajurit yang lain menggelar terpal dalam tuk yang cukup luas itu dan kulihat Dewi sudah mulai dikerjai seorang prajurit yang mulai membelai, mencium dan mengulum dada montok milik Dewi.

Setelah beberapa saat berciuman, prajurit yang berhadapan denganku mulai mencium leher di bawah telingaku sambil mendesah-desah merasakan kenikmatan, setelah itu dia merambat mengerjai susu sebelah kiriku dengan liar dan ganas. Ssst! Sunguh nikmat sekali. Dengan tiba-tiba badanku ditarik lalu dibaringkan ke atas terpal kasar di lantai truk itu. Sekilas kulihat supir tadi juga mulai naik, kemudian dengan tergesa-gesa melepas pakaiannya sampai polos, lalu mendekatiku dan menuju selangkanganku, kemudian dia menjilati liang kewanitaanku, langsung aku mendesis dan mengeram, dengan tiba-tiba prajurit yang tadi membaringkanku langsung menghimpit kepalaku dengan selangkangannya, kemudian dengan cepat kulepas celana dalamnya. Setelah keluar batang kemaluannya kemudian langsung kulahap batang kemaluan yang lumayan besar itu. Kukulum-kulum dan kusedot kuat-kuat hingga prajurit itu mengeram-ngeram sambil menekan-nekan kepalaku sampai aku sesak nafas. Sesekali aku mendengus dan mendesis akibat ulah supir truk yang mejilat dan menggigit lembut klitorisku, sampai tubuhku mengejang lalu tak lama kemudian sepertinya tumpah semua cairan dalam liang kewanitaanku.

Aku tetap sibuk dengan batang kemaluan yang ada dalam mulutku lalu kurasakan payudaraku ada yang meremas dan sesekali dikulum-kulum. Sungguh kewalahan aku melayani mereka. Dengan tiba-tiba aku mendengar erangan Dewi tepat di sebelah kiri kupingku, ternyata dia sedang dalam keadaan tengkurap di antara kedua prajurit. "Gilaa Suss.. ughh.. sst!" Dewi mulutnya ngomel-ngomel nggak karuan sambil merem-melek tak berdaya. Gila, Dewi dikerjai depan belakang. Lalu prajurit-prajurit yang mengerjaiku berusaha membimbingku untuk nungging, setelah nungging di atas salah seorang dari mereka dan setelah batang kemaluan prajurit di bawahku tepat di antara bibir kewanitaanku, pantatku ditarik dengan keras-keras hingga masuk semua betang kemaluan prajurit itu dengan lancar karena liang kewanitaanku sudah licin.

Setelah beberapa kali genjotan prajurit yang lain berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku. "Ssst.. aah.. aah!" Gila sakit banget, baru kali ini anusku digarap orang. "Aaakkh..!" aku menjerit sekuat tenaga begitu batang kemaluan prajurit yang besar itu masuk ke dalam anusku. Selang beberapa saat, terasa juga nikmatnya gesekan dari dua lubangku yang sebelumnya tidak terbayang, meski rasa sakit masih menyertai. Kemudian tubuhku mengejang dan sampailah aku pada klimaks kedua, tapi kuperhatikan kedua prajurit itu masih sibuk menggenjotku. Pelir besar tiba-tiba berada di wajahku, kemudian peler itu didorongnya ke mulutku yang kemudian kukulum dan kusedot, di sela-sela desisan dan eranganku. "Ayo Nona sedot yang kuat!" kata prajurit itu sambil menekan-nekan kepalaku. "Uuugh.. aakh.. esst!" suara geraman dan desisan silih berganti saling sahut menyahut dalam truk itu.

Saat kulihat di sebelah, Dewi terkapar dan lemas, sesekali dia mengeram karena prajurit itu masih getol menyetubuhi Dewi. Gila rasanya aku mau keluar untuk ketiga kalinya sebentar lagi, beberapa saat kemudian kurasakan kedua prajurit yang menyetubuhiku depan belakang mengeram serta merangkul kuat-kuat tubuhku dan kemudian kurasakan liang kewanitaan dan duburku tersembur cairan yang hangat hampir bersamaan, aku pun mencapai klimaks yang ketiga.

Setelah aku mencapai klimaks, aku semakin bersemangat mengulum dan menyedot batang kemaluan di hadapanku sampai pada akhirnya cairan hangat itu menyembur memenuhi rongga tenggorokanku. Lalu prajurit itu melepaskanku dan bergerak menjauhiku. Dan kulihat Dewi pun mulai di tinggal sendirian, kemudian kelima prajurit itu mendekat. "Ayo sini kita gantian, aku pingin rasain juga dia", kata salah satu dari mereka sambil tertawa-tawa, waduh habis aku.

Dua prajurit yang menyetubuhi Dewi mendekat, lalu satu dari mereka menggendongku dan kemudian setelah pelernya tepat di tengah-tengah liang kewanitaanku, aku sedikit diturunkan dan amblas sudah batang kemaluannya tertelan liang kewanitaanku tanpa halangan. Aku disetubuhinya sambil berdiri, sambil tangannya tak henti-hentinya naik turun dengan posisi aku merangkul erat tubuhnya, kemudian dari belakang duburku disodok peler dari belakang, aku menjerit dan mengeram kesakitan, buah dadaku digerayanginya dengan brutal.

Setelah beberapa saat aku dikerjain berdiri, aku diturunkan kemudian aku disuruh mengangkangi seorang prajurit, dan setelah pas masuklah kembali peler besar itu dalam liang kewanitaanku, dan yang lain menyusul menimpaku dari belakang, dan bukannya masuk ke duburku melainkan juga masuk ke dalam liang kewanitaanku, gila ini prajurit, dengan kasar dan brutal akhirnya masuk juga pelernya meski hanya setengahnya, tapi sakitnya bukan main aku menjerit-jerit minta ampun tapi tidak di gubrisnya. Karena mungkin tidak memuaskan dia, maka peler yang masuk hanya setengah itu dicabutnya kemudian dengan serta-merta menyodokkan ke duburku dengan keras, lalu mengosoknya dengan brutal, tak lama kemudian dia mencapai klimaks, setelah beberapa saat lalu batang kemaluannya dicabutnya.

Sekarang aku berkonsentrasi pada satu orang saja, aku merubah posisiku dengan posisi nangkring di atas selangkangannya, kemudian aku mulai naik turun dan sedikit goyang kanan kiri, hingga tak lama kemudian pertahanannya terlihat sedikit goyang, begitu pula aku sepertinya aku akan mencapai klimaks keempat kalinya. Seteldang getol-getolnya ngerjai dubur Dewi lalu kukangkangi dia, setelah tepat posisi pelernya diantara bibir kewanitaanku, kududuki dan langsung masuk seluruh batang kemaluan prajurit itu. Kugoyang-goyang dengan gencar hingga prajurit itu kewalahan menghadapi seranganku, membuatnya tak kuasa menahan lahar spermanya, menyemburlah spermanya dalam liang kewanitaanku. Karena aku belum mencapai klimaks lagi kepalang tanggung sehinga aku tetap menggoyang pinggulku sampai aku mencapai klimaks.

Setelah selesai prajurit-prajurit itu mengerjaiku dan Dewi mereka terlihat lelah. Aku menghampiri Dewi, kulihat wajahnya sudah lelah, "Gimana Wik?" bisikku. "Wah! habis aku, sampai aku klimaks lima kali Sus", Dewi menjawab pertanyaanku dengan sisa-sisa tenaganya. Setelah itu kami minta diantar ke rumah kontrakanku dan kemudian aku menghubungi jasa mobil derek kemudian kami istirahat setelah kami mandi bersama.

tante lisa dan tetangganya

tante lisa dan tetangganya
Kisah ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang ugal-ugalan. Bagaimana tidak, disaat usiaku yang mencapai 29 tahun, sekarang ini inginnya ML (bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku (inginnya 3 kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang istri tidak hanya menginginkan kepuasan seksual setiap waktu, akan tetapi juga kerja mengurus rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain banyaknya. Sehingga nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus, dan aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku bisa 3 kadang 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali karena istriku keburu lelah duluan. Paling setelah istriku tertidur pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan menyalakan PC, lalu memutar Blue Film dan aku lanjutkan dengan self service. Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah malam aku terjaga dan kudapati "pusakaku" berdiri, aku ulangi lagi hingga aku benar-benar lelah dan tertidur.

Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya mereka lebih dewasa, lebih pintar dan telaten dalam urusan ranjang. Bahkan aku dalam melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante tetanggaku yang umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan seksualku.Ceritanya berawal pada saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata prigen dan sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan semacam itu. Kami bertiga pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.

"Eh, Eko emangnya Elo udah booking cewek untuk nemenin Kita..?" tanyaku pada Eko, salah seorang dari kawanku.
"Sabaarr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek.." tukasnya.
Sepuluh menit kemudian, saat aku akan menyulut Djarum 76-ku, merapatlah sebuah Kijang dan Civic Wonder berjejeran ke hadapanku dan Eko. Kalau Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Adi dan keluar dua orang ABG yang berdandan Ahooyy. Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan bukit-bukit indah di dada dan pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal dengan Civic itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG dan seorang lagi wanita sekitar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut wajahnya).
Eko yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung menyambut dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku.
"Lisa.." seru tante itu disambut uluran tangannya padaku.
"Inneke.." sahut gadis manis disampingnya.
Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget dan minum-minum bersama, entah sudah berapa keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku melihat Eko dan Adi mulai mendekati sudut ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya orgasme karena oral yang mereka lakukan. Sementara aku sendiri agak kaku dengan Lisa dan Inneke. Kami pun tetap bernyanyi-nyanyi, meskipun syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat pertunjukan BF di depan kami.

Aku sendiri duduk di dekat Lisa, sementara Inneke serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Lisa sendiri sudah habis satu Pak A-mild-nya, sementara aku melihat wajah Inneke yang merah padam dan kadang nafasnya terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan di layar 29 inch itu. Tiba giliranku untuk mengambil mike dari Inneke, aku bangkit mengambil mike itu dari tangan Inneke dan mengambil duduk di antara Inneke dan Lisa. Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu.
"Boy.., I want your sperm tonight Honey.." bisik Lisa lirih di telingaku, sementara tangan kirinya meraba selangkanganku.

Inneke yang sudah meletakkan pet aqua-nya mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat nafas dan harum kedua wanita itu membuatku terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku rasakan menjalar menelusuri selangkanganku. Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan kencang, sehingga Lee Cooper-ku rasanya tidak muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah jalur dan sedikit melenceng.
"Lho kok.. bengkok punyamu Say..?" tanya Lisa padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja.
Belum sempat aku menjawab, buru-buru Inneke membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan isinya.
"Gini lho Tan.. mintanya dilurusin, Mas Boy ini.." kata Inneke diikuti penundukkan kepalanya ke arah selangkanganku.
"Aaakkhh.." pekikku tertahan saat Inneke spontan mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan melingkar lidah.
Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk memudahkan oral Ineke.

"Oookh My Godd.. sshh.. aakk.." desahku.
Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku lewat lubang penisku. Permainan Inneke betul-betul professional, sampai-sampai dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena telingaku juga berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan perasaan birahi bercampur jadi satu disana. Lisa lantas membuka kancing kemeja Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol kirinya.

"Aaakk.. mmhh.." desahku tidak menentu.
Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini.
"Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan dimanja oleh dua orang wanita sekaligus.." bisikku dalam hati.
Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lisa dan kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan itu. Ini karena jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Lisa, meskipun sudah hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami, akhirnya aku tahu juga umur Lisa, meskipun tidak pasti segitu bahkan bisa lebih).

Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa.
Bukit indah Tante Lisa adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat kemudian, "Oookkhh.. Nimaatthh.. Sayy.. seddootthh.. terruusshh.." desah Lisa terengah-engah.
Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku.
"Ssshh.. terusshh.. Sayy.." Lisa mendesis seperti ular.
Tiba-tiba, "Teett..," suara bel mengejutkan kami, pertanda sepuluh menit lagi akan berakhir.
Aku melihat Adi dan Eko tersandar kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut.
"Udahan dulu ya Tante.., In..," pintaku pada mereka.
"Emmhh.. Oke.." jawab mereka dengan nada sedikit keberatan.

Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko, entah kemana mereka melanjutkan petualangan birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Lisa.
"Kemana Kita nich..?" tanyaku sok bloon seraya menghidupkan mesin.
"Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!" ajak Tanta Lisa kepada Inneke.
"Baik Tan.. Kita ke hotel **** (edited) yang punya whirpool di kamarnya." sahut Inneke.
Rupanya Tante Lisa adalah seorang eksekutif, karena itu ia pesan salah satu President Suit Room yang mana seumur-umur aku baru mesuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan permadani coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi whirpool yang menghadap ke arah kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa panjang di sebelah whirpool.

Begitu masuk, Tante Lisa lalu mengunci pintu, aku dan Inneke mengambil tempat duduk di sofa sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke pundak Inneke, alunan musik malam pun semakin menambah romantis suasana.
"Inn.." bisikku mesra kepada Inneke mengawali percumbuanku.
Inneke yang sudah on berat itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah, menandakan bahwa dia sangat menginginkan kehangatan, kenikmatan dan mengisi kekosongan ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CD-nya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku.
"Sreett.." penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh Lee Cooper-ku dan kulihat Inneke terpejam, sementara tangannya membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa.

Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik, sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.
"Wuuaahh.. sshh.. terusshh.. nikkmatthh.." desah Inneke keras-keras saat kuperlakukan seperti itu.
Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa yang dilakukan Lisa di kamar mandi yang begitu lama.

"Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?" kataku sambil melepaskan cumbuanku.
"Emmhh.." desah Inneke sedikit kesal.
Akan tetapi, aku melihat Inneke melanjutkan birahinya dengan dua jari. Aku sendiri berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku kaget karena mendapati Tante Lisa lagi meregang orgasmenya.
"Aaakkhh.. sshh.. sshh.." desah Tante Lisa, matanya mendelik merem melek.
Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing, Lisa pun tidak melihatku.
"Boyy.." sebuah panggilan lembut mengagetkan aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu.
"I.. ii.. yaa.. Tan..?" sahutku agak kaget.
"Sini doongg..! Hangatin vagina Lisa dengan penis Kamu yang.., ookkhh.." Tante Lisa terpekik saat vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya.

Aku hampiri Tante Lisa di Bath tub itu dan aku baringkan tubuhku disana.
"Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante seksi ini." bisikku dalam hati.
Aku rengkuh lehernya dan kuberikan french kiss yang begitu mesra dan Tante Lisa pun membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang terendam kehangatan air itu semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lisa nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya.
"Mmmpphh.. ookkhh.. setubuhi aku Boy..! Cepeetthh..!" pinta Tante lisa sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.
"Baik.. Liss.. Terima penisku yang panjaangg.." bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku pelan sekali.
"Oohh.. mmpphh.. nikmatthh.." gumannya saat batang kejantananku mili per mili mulai menjejali rongga rahimnya.
"Kocokkhh.. yaacchh.. terusshh.. aakhh.. nimat bangeetthh..!" serunya ketika aku mulai mengosok-gosok pelan penisku.

Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi G-spot-nya.
"Aaakkhh.. oohh.. nimatthhnyaa.. ookkhh Godd..!" teriaknya mengawali detik-detik orgasmenya.
Sepuluh detik kemudian, "Nngghh.. aakkhh.. sshhff.. ookkhh.. Boyy.. kocokk.. lebih intens lagi Yannk..!" jerit Tante Lisa diiringi geliat liar tubuh indahnya.
Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap berpegangan pada sisi bathtub sambil mengocok lembut vaginanya.
"Akkhh.." teriakku pelan saat Tante Lisa menggigit pundakku karena aku masih saja mengocok penisku di vaginanya.
Rupanya Lisa sudah mulai ngilu.

Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lisa sepertinya minta time out untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan Tante Lisa diam mengikuti apa yang akan kulakukan. Aku memondong Lisa dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Lisa yang mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Inneke yang juga lagi meregang orgasmenya dan Inneke tampaknya lebih liar dari pada Lisa, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu.

"Aaaookkhh.. sshh.. aakkhh.. aakkhh.." jerit Inneke keras sambil menghujam-hujamkan kedua jari kanannya.
Sementara tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali ditekan serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang diciptakan Inneke itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti jika yang keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku.
"Booyy.. ayyook terusinn..!" pinta Tante Lisa diiringi goyangan lembut pinggulnya.
Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Inneke yang begitu histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina Lisa. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Lisa dari arah belakang sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan eksplorasiku. Di lain pihak, Inneke yang sudah mengakhiri masturbasinya itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di belakang Tante Lisa.

"Ookkhh.. Terusin Kee..!" pinta Tante Lisa saat Inneke menyibakkan rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Lisa.
Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Inneke menggoyang, memutar puting dan kadang-kadang dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa yang Tante Lisa rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas. Tubuh lisa bagaikan daging burger di antara aku dan Inneke, pinggulnya masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut.
"Oooaakkhh.. nngghh.. ohh.. nngghh.. Kocok terushh.. yaa.. iyaa.. teruss..!" desah Tante Lisa keras saat aku tepat menstimulasi G-Spot-nya.
Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuh Tante Lisa menggeliat-geliat liar.
Inneke masih aktif membantu Tante Lisa menggapai surgawinya, kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante Lisa melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya. Aku semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Inneke hingga Tante Lisa tampak lebih histeris lagi dari yang tadi. Kuraba raba punggung Lisa sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya, kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir. Berawal dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Inneke memainkan peran di lubang anus Tante Lisa, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar masuk lembut di vagina Tante Lisa.

"Oookkhhghh.. Goddhh.. Ke.. truuss.. Yanng.. ookkhh, kontholl.. akkhh.. sshh.." ceracau Tante Lisa tidak beraturan, menjemput ambang orgasmenya.
Kedua lubang Tante Lisa terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Lisa saat ia mulai mengencangkan lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku juga mulai bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Lisa.

"Oookkhh.. Lisshh.. nikmathh.. vaginamu.. Akkhh..!" desahku saat birahiku kurasakan menjalar di seluruh tubuhku.
"Booyy.. Akuu.. mmhh.. mauu.." seru Tante Lisa menyambut orgasmenya.
Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona, menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara bibirnya terkatup rapat.
"Sssebentar.. Liss.. Kita keluar bareng.." bisikku yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya.

Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir kencang meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging pejal di selangkanganku.
"Liss.. Aku nyammppaaii.. uuaakkhh.. aakkhh.., aakhh..," desahku sambi memutar-mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina Tante Lisa, sehingga rambut-rambutku yang disana juga menggelitik klitoris Tante Lisa.
"Sseerr.. serr.." kurasakan cairan Tante Lisa mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku dan Lisa meregang nikmat.
Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir orang lain mendengarnya. Tante Lisa histeris seperti orang kesetanan ketika telunjuk Inneke juga mempercepat kocokan di anusnya.

"Aaakkhhggh.." desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku.
Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang kejantananku yang masih manancap dalam di rahim Tante Lisa. Inneke tampaknya puas dengan hasil kerjanya, lalu ia memeluk Tante Lisa erat dan berbisik, "Enak khan Tann..?"
Tante Lisa sendiri sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Inneke, aku mengecup mesra Tante Lisa dan beralih kepada Inneke untuk memberikan stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai mendidih.

Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak. Tante Lisa tampaknya tidak dapat menahan rasa di tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak bertenaga. Inneke lantas membimbingnya melepas gigitan vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke arah ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah Tante Lisa amat puas bercampur dengan letih, akan tetapi semua beban birahinya yang tertahan selama dua minggu meledak lah sudah.

"Oookkhh.. sshh.." desis Tante Lisa saat penisku kutarik pelan dari gigitan vaginanya.
Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka kedua pahaku. Tampaklah oleh Inneke sebuah meriam yang berlumur sperma masih setengah tegak.
"Oookkhh.. gellii.. sshh.. teruss.. Kee..!" pintaku pada Inneke saat ia mulai mengulum penisku dan hampir semuanya terkulum di mulutnya yang sedikit lebar namun seksi.
"Oaakhh.. aakkhh.. sshhsshshh.." desisku saat aku mulai merasakan lagi denyutan penisku di mulutnya.

Inneke masih menghisap habis seluruh sperma yang tersisa dan kocokkannya semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu bercampur nikmat.
"Oookkhh.. teruss.. hisapphh Sayy..!" pintaku sambil mendorong kepala Inneke untuk melakukan lebih dalam lagi.
"Ooouakghh.. Plop.." tiba-tiba mulut Inneke melepas kulumannya dan langsung berdiri menjilat leher dan kedua telingaku bergantian.
"Aku ingin di whirpool Sayy..!" bisik Inneke.

Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada sampai kaki akan terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi kolamnya. Aku merebahkan Inneke disana dan memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku yang sempat layu mulai menegang kembali. Inneke tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu bahwa Inneke akan menginginkan melodi yang berbeda dengan Lisa.

"Mass.. sshh.. ookkhh.. masukin Aku.. ookkhh.. mmpphh.." pinta Inneke sambil membuka pahanya lebar-lebar.
Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air ke arah vagina Inneke yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya pemanasan Inneke melihat orgasme dari Tante Lisa sudah lebih dari cukup. Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai jauh ke awang-awang.

"Bless.." 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina Ineke diiringi desahan, "Aaakkhh.. mmpph.." guman Inneke yang membuat Tante Lisa tersadar dan menyusul kami di kolam.
Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding vaginanya yang terasa lebih perat dan berdenyut. Lisa mengambil posisi memangku kepala Inneke di paha kanannya dan membelai lembut kening Inneke.
"Aaawww.. ookkhh.. gelli.. Massh.." teriak Inneke saat aku memainkan otot lelakiku di leher rahimnya.
"Mass.. dikocok pelaann.. yacch..!" pintanya sambil membelai rambutku, membuatku jadi teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku dulu.

Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Inneke mau, lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku kocok lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang wanita. Kurang lebih lima menit kemudian, Inneke mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian. Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Lisa untuk menyingkir ke arah bagian belakang kami.
"Oookhh.. Masshh.. aakuu.. hammppirr..!" bisik Inneke saat aku mulai menaikkan ritme kocokanku.
"Tahan Ke..!" pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada Tante Lisa lagi.
"Akkhhgghh.. sshh.. mmpphh.." desahku dan Inneke bersamaan saat telunjuk Tante Lisa mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya Inneke.
Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan sensasi yang dialami Inneke. Pasti akan terasa pejal dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya.

"Oookkhh.. Taan.. aakk.. kuu tak kuu..atthh.." teriak Inneke mulai mengawali detik-detik orgasmenya.
Para netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan alunan sensai jari Tante Lisa dan hisapan vagina Inneke bersamaan. Demikian pula Inneke. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Lisa membuatnya lupa daratan.
"Aaagghh.. ookkhh.. ookkhh.. aakkhhg.. mm.. sshshh.. awww.. sshh.." ceracauku dan Inneke tidak beraturan.

Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Inneke meregang birahi yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Lisa dan aku juga merasakan aliran mani Inneke dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke samping Inneke dan Tante Lisa mengambil tempat di sisi lainnya. Hangat tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi hingga spermaku betul-betul terasa kering.

Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami mandi bersama dan kemudian sarapan pagi. Kami meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi entah dengan Tante Lisa ataupun Inneke atau kadang mereka minta barengan lagi. Aku akhirnya terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu. Beberapa kali aku ditawari dan berkencan dengan teman Tante Lisa dan kadang ada yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti gigolo, akan tetapi sebuah prinsip petualangan.